Selasa, 10 Desember 2013

Ultah, kenapa Adzan Jam 2 siang?


Kalau bicara soal adzan, maka apa yang terbayang dalam pikiran anda??? Seorang pemuda, yang bangun lebih pagi, selalu di masjid pada siang hari, berhenti bekerja lebih cepat diwaktu sore dan selalu rapi saat menjelang malam. Itulah seorang pemuda yang mulia di dunia dan akhirat. Tapi dia kelihatan biasa saja dimata manusia. Dia lebih mementingkan perintah Allah dan tanggungjawab kepada hamba Allah daripada pekerjaan dan kesenangan dunianya. Siapakah dia??? Sebelum anda menjawab, saya mesti mempertanyakan ini pada diriku sendiri sebagai seorang Bilal.

Oya, kalau anda mendengar Adzan 5 kali sehari semalam pada waktu yang telah ditentukan itu sih sudah hal yang biasa. Tapi Adzan jam 2 siang ini yang luar biasa, pernahkan anda mendengarnya??? Apa?? Belum??? Anda termasuk salah satu orang yang merugi, karena hal ini sangat jarang terjadi. Bisa dibilang salah satu keajaiban Allah. Seandainya pada tanggal 11 Mei 2008 anda main-main ke Masjid Al-Mukhishun Jomblang, pasti anda akan melihat hal tesebut. Karena pada hari itu ada seorang bilal yang tidur di masjid selesai sholat Dzuhur. Tiba-tiba dia bangun kemudian langsung megumandangkan Adzan. Ketika ditanyain kenapa kamu Adzan jam 2 siang??? Dia terdiam seribu bahasa tanpa kata-kata dan isyarat. Sambil menunduk malu dia kembali ke tempat tidurnya lagi dan melanjutkan tidurnya. Dasar bilal, dimaklumi saja, dia bangun lebih pagi untuk membangunkan orang yang terlelap tidur. Jadi, wajar-wajar saja kalau butuh tidur siang yang cukup.

Ketika waktu shalat Ashar tiba eeeee malah dia ga bangun, padahal suara Adzan sudah mengema dengan keras. Begitu jamaah sudah siap shalat berjamaah baru dia bangun. Makanya kalau tidur itu dikamar bukan di masjid, dasar bilal. Setalah shalat Ashar dia pun langsung memulai cerita tentang kejadian tadi siang.

Begini lho temen2, aku tadi pas tidur tu mimpi ketemu sama keluargaku di Aceh. Sebelum aku Adzan aku mimpi ketemu sama Bapak, Kakek, ma Pak Lek. Mereka semua lagi di kolam lagi panen udang. Aku datang dari jauh sambil berteriak memanggil mereke, sambil malambai-lambaikan tangan, mereka juga mambalasnya. Tapi sayang sebelum aku sampai ketempat mereke, berjabat tangan dan memeluk mereka tiba-tiba suara Adzan terdengar. Karena aku ingat kalau aku seorang bilal aku langsung balik ke masjid. Nah, ketika aku balik, aku langsung terbangun dan aku merasa di sini juga masjid-masjid lagi Adzan, tanpa banyak tanya aku langsung Adzan, kan dan biasa. Jadi langsung refleks. Eeee ternyata bawaan mimpi. Disini tu masih jam 2 siang kalau Dzuhur sudah dari tadi, Asharnya masih 1 jam lagi. Jadi adzan apaan ni?????? Ya, pas ditanyain tadi aku bingung mau jawab Adzan apa ni??? Untung aja ada yang manggilin, kalo tidak pasti aku adzan sampai selesai.

Terus setelah itu aku tidur lagi, eee....ternyata aku mimpi lagi. Kali ini aku ketemu dengan Ibu, Adik-adik, tetangga ma temen-temenku di aceh. Mereka datang ke jogja untuk lihat tempat aku tinggal di jogja. Tapi aku ketemu ma mereka di depan gedung rektor UIN SUKA. Aku ga ngerti kok mesti di UIN??? Apa nanti aku lanjutin kuliah ke UIN ya??? ya, mudah-mudahan aja. Karena dah lama ga ketemu, aku langsung melepaskan semua kerinduan. Kami saling cerita sampai pannnjaaannnnggg buuuaaannnget sampai Adzan Ashar tadi ga tarasa. Kalian tahu apa kata-kata terakhir yang aku ingat dari mimpiku itu??? mereka semua bilang Selamat Ulang Tahun. Semoga panjang umur, umur yang berkah dan tercapai semua keinginanmu.

Aduhhhh....kenapa ya otakku??? Masak ulang tahun sendiri bisa lupa. Ternyata kemarin tanggal 10 Mey itu aku ulang tahun. Pantesan dari kemarin aku rindu banget pingin pulang. Tapi dari mimpi ini semua kerinduanku terobati, SubhanAllah, maha suci Allah. Begitu indah mimpi yang Dia ciptakan. Ini adalah pengalaman yang paling lucu tapi mengasyikkan. Sebenarnya aku ga pernah merayakan ulang tahun. Paling cuma mengingatkan aja, biar aku bisa ada pedoman untuk berubah. Selain itu ada juga yang berpendapat bahwa perayaan ulang tahun atas kelahiran seseorang atau suatu organisasi tertentu tidak pernah diperintahkan oleh Rasulullah SAW. Karena itu bila dilakukan, tidak bernilai ibadah dan bisa dikatagorikan bid'ah, karena mengerjakannya tidak berdasarkan perintah Allah dan Rasul-Nya. Tapi bagi aku, biarpun tidak benilai ibadah, dengan mengingat hari ulang tahun, aku bisa menjadi lebih baik. Mengingat dosa yang pernah kita lakukan, menghitung umur dan manfaatnya selama ini, seberapa pentingkah kita dalam dunia ini, dan lainnya. Semua membuat kita berubah menjadi lebih baik lagi. Dan yang terpentingkan makan-makannya. he he

Ngomongin tentang ulang tahun, coba temen-temen baca pandangan dibawah ini. Cukup banyak ulama tidak menyetujui perayaan ulang tahun yang diadakan tiap tahun. Tentu mereka datang dengan dalil dan hujjah yang kuat. Di antara alasan penolakan mereka terhadap perayaan ulang tahun antara lain:

1. Ulang tahun bila sampai menjadi keharusan untuk dirayakan dianggap sebuah bid’ah.
Sebab Rasulullah SAW belum pernah memerintahkannya, bahkan meski sekedar mengisyaratkannya pun tidak pernah. Sehingga bila seorang muslim sampai merasa bahwa perayaan hari ulang tahun itu sebagai sebuah kewajiban, masuklah dia dalam kategori pembuat bid’ah.

2. Ulang tahun adalah produk Barat/ non muslim.
Selain itu, kita tahu persis bahwa perayaan uang tahun itu diimpor begitu saja dari barat yang nota bene bukan beragama Islam. Sedangkan sebagai muslim, sebenarnya kita punya kedudukan yang jauh lebih tinggi. Bukan pada tempatnya sebagai bangsa muslim, malah mengekor Barat dalam masalah tata kehidupan.

Seolah pola hidup dan kebiasaan orang Barat itu mau tidak mau harus dikerjakan oleh kita yang muslim ini. Kalau sampai demikian, sebenarnya jiwa kita ini sudah terjajah tanpa kita sadari. Buktinya, life style mereka sampai mendarah daging di otak kita, sampai-sampai banyak di antara kita mereka kurang sreg kalau pada hari ulang tahun anaknya tidak merayakannya. Meski hanya sekedar dengan ucapan selamat ulang tahun.

3. Apakah Manfaat Merayakan Ulang Tahun?
Selain itu perlu juga kita renungkan sebagai muslim, apakah tujuan dan manfaat sebenarnya bisa kita dapat dari perayaan ini? Adakah nilai-nilai positif di dalamnya? Ataukah sekedar meneruskan sebuah tradisi yang tidak ada landasannya? Apakah ada di antara tujuan yang ingin dicapai itu sesuatu yang penting dalam hidup ini? Atau sekedar penghamburan uang?

Pertanyaan berikutnya,adakah sesuatu yang menambah iman, ilmu atau amal? Atau menambah manfaat baik pribadi, sosial atau lainnya? Pertanyaan berikutnya dan ini akan menjadi sangat penting, adakah dalam pelaksanaan acara seperti itu maksiat dan dosa yang dilanggar?

Yang terkahir namun tetap penting, bila ternyata semua jawaban di atas positif, dan acara seperti itu menjadi tradisi, apakah tidak akan menimbulkan salah paham pada generasi berikut seolah-olah acara seperti ini ‘harus’ dilakukan? Hal ini seperti yang terjadi pada upacara peringat hari besar Islam baik itu kelahiran, isra` mi`raj dan sebagainya.

Jangan sampai dikemudian hari, lahir generasi yang menganggap perayaan ulang tahun adalah ‘sesuatu’ yang harus terlaksana. Bila memang demikian, bukankah kita telah kehilangan makna?

Kalau menimbang-nimbang pernyataan di atas, ada baiknya kita yang sudah terlanjur merayakan ulang tahun buat anak atau bahkan untuk diri kita sendiri melakukan evaluasi besar.

Sebaliknya, mungkin ada baiknya pemikiran yang disampaikan oleh Dr. Yusuf Al-Qradawi tentang ulang tahun untuk anak. Misalnya, pada saat anak itu berusia 7 tahun, tidak ada salahnya kita ajak dia untuk menyampaikan pesan-pesan dalam acara khusus tentang keadaannya yang kini menginjak usia 7 tahun. Di mana Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada para orang tua untuk menyuruh anaknya shalat di usia itu.

Bolehlah dibuat acara khusus untuk penyampaian pesan ini, agar terasa ada kesan tertentu di dalam diri si anak. Bahwa sejak hari itu, dirinya telah mendapatkan sebuah tugas resmi, yaitu diperintahkan untuk shalat.

Nanti di usia 10 tahun, hal yang sama boleh dilakukan lagi, yaitu sebagaimana perintah Rasulullah SAW untuk menambah atau menguatkan lagi perintah shalat. Kali ini dengan ancaman pukulan bila masih saja malas melakukan shalat. Bolehlah diadakan suatu acara khusus di mana inti acaranya menetapkan bahwa si anak hari ini sudah berusia 10 tahun, di mana Rasulullah SAW membolehkan orang tua memukul anaknya bila tidak mau shalat.

Kira-kira usia 15 tahun lebih kurangnya, ketika anak pertama kali baligh, boleh juga diadakan acara lagi. Kali ini orang tua menegaskan bahwa anak sudah termasuk mukallaf, sehingga semua hitungan amalnya baik dan buruk sejak hari itu akan mulai dicatat. Bolehlah pada hari itu orang tua membuat acara khusus yang intinya menyampaikan pesan-pesan ini.

Jadi bukan tiap tahun bikin pesta undang teman-teman, lalu tiup lilin, potong kue, bernyanyi-nyanyi, memberi kado. Pola seperti ini sama sekali tidak diajarkan di dalam agama kita dan cenderung tidak ada manfaatnya, bahkan kalau mau jujur, justru merupakan cerminan dari sebuah mentalitas bangsa terjajah yang rela mengekor pada tradisi bangsa lain.

Bukankah Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi dari padanya? Lalu mengapa kita bangsa Islam ini harus mengekor pada tradisi bangsa lain yang jauh lebih rendah?

Mungkin jawabannya yang paling jujur adalah…istafti qalbak….
Mintalah fawa kepada hati nuranimu.

Wssalamu `alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar